Program Revolusi Biru dan Minapolitan
harus paham karakter lokal adalah kuci
keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia. Kenapa tema Program Revolusi Biru dan Minapolitan harus
paham Karakter Lokal ini menjadi penting, karena setelah sekian lama program revolusi biru dan minapolitan yang
dicanangkan belum mencapai tahapan target seperti yang diharapkan oleh
masyarakat, terutama masyarakat kelompok pesisir dan kepulauan kecil yang
seharusnya paling merasakan manfaat dari program
revolusi biru dan minapolitan.
program revolusi biru
dan minapolitan lahir dari pembelajaran tentang karakter bangsa, sehingga Program Revolusi Biru dan Minapolitan harus
paham Karakter Lokal sangat relevan dan menjadi mata rantai pemahaman dasar
yang melandasi strategi dan kebijakan program
revolusi biru dan minapolitan yang giat di canangkan pemerintah baru – baru
ini.
Tema Program Revolusi
Biru dan Minapolitan harus paham Karakter Lokal berangkat dari kenyataan
bahwa sekian lama bangsa ini mengadopsi sukses pembangunan dan modernisasi ala
bangsa-bangsa kontinental. Sekian lama juga khazanah laut kita “terbiar” dan
memberi manfaat luar biasa justru untuk bangsa lain. Sekian lama juga, hingga
hari ini Nelayan bersanding dengan petani sebagai kelompok mayoritas paling
marjinal yang menikmati hasil lezat kue pembangunan.
Program Revolusi Biru
dan Minapolitan harus paham Karakter Lokal adalah kelanjutan dari upaya
reorientasi konsep pembangunan nasional dari fokus daratan ke fokus kelautan.
Banyak pelajaran penting dari kegagalan
konsep pembangunan fokus daratan yang jangan sampai terulang dalam implementasi
program Revolusi Biru dan minapolitan
kali ini. Salah satunya adalah perlunya peningkatan kapasitas kreatif pemerintah
pusat dalam memberikan anggaran berbasis program kepada otoritas daerah.
Tulisan Program Revolusi
Biru dan Minapolitan harus paham Karakter Lokal ini berangkat dari
pengalaman saya sebagai konsultan percepatan pembangunan di satu kabupaten
kepulauan. Bupati meminta saya untuk menyusun sebuah proposal permohonan
anggaran untuk pengembangan rumput laut yang memang sudah ada pos nya sebagai
bagian dari program revolusi biru dan minapolitan pemerintah pusat sebesar
28 Milyar.
Tentu saja, proposal harus se visible mungkin dan
berdasarkan observasi dan data yang mendukung. Alhasil, ketika melakukan
observasi, saya menemukan fakta baru yang menarik bahwa yang lebih penting
untuk diajukan ke pusat sebagai bagian dari program
revolusi biru dan minapolitan kabupaten kepulauan tersebut bukanlah
pengembangan rumput laut.
Melihat potensi dasar keunikan karakter lokal, saya akhirnya
membuat dua proposal program revolusi
biru dan minapolitan berbasis
wilayah, yang pertama tetap rumput laut, yang kedua adalah pembangunan
infrastruktur Fishery Industry berbasis koperasi. Yang pertama tetap 28 Milyar,
yang ke dua hanya 10 Milyar. Yang pertama berdasarkan rencana strategis
pemerintah daerah yang kedua berdasarkan pengamatan dan pendekatan strategic
business plan.
Dasar dari proposal pembangunan fishery industri berbasis
koperasi ini sebenarnya sederhana saja. Hasil dari pengamatan, saya melihat
dengan gamblang potensi bidang Perikanan dan peluang bisnis yang sangat besar.
Kabupaten Kepulauan tersebut mempunyai potensi perikanan
yang luar biasa besar. Letak geografis yang berada di wilayah khatulistiwa
dengan susunan kepulauan yang kaya akan berbagai endemen organik laut dengan
nilai ekonomi yang tinggi. Perairannya juga kaya akan plangton dan ikan ikan
kecil yang menjadi lumbung makanan bagi ikan ikan besar seperti Tuna, Hiu dan ikan
Layar yang bermigrasi dari laut pasifik ke laut New Zealand, sehingga banyak
perusahaan ikan raksasa dari Jepang, Taiwan dan Filipina melakukan Ilegal
Fishing di perairan tersebut dengan nilai sebesar 8 Trilyun rupiah pertahunnya.
Bandingkan dengan pendapatan daerah yang hanya 100 Milyar pertahun.
Kelemahan infrastruktur, modal, procurement, teknologi
distribusi dan akses pasar menyebabkan potensi yang besar tersebut menjadi
mubazir dan dimanfaatkan pihak lain. Sehingga diperlukan terobosan terobosan
yang salah satunya adalah membangun industri perikanan yang dikelola melalui
pemberdayaan koperasi nelayan. Peluang bisnis yang bisa diciptakan: Pembelian
Hasil Tangkapan Nelayan (Spot & Cash), Armada Semut Penangkapan Ikan, Mendirikan
Pabrik Es, Mendirikan Fasilitas Penyimpanan Cold Storage dan Menyiapkan Rumpon
Ikan.
Dari latar belakang tersebut, Program Revolusi Biru dan Minapolitan harus paham Karakter Lokal . Tidak
bisa di generalisasi walaupun sudah diatur program pembangunan revolusi biru
dan minapolitan ini berbasis wilayah seperti yang bisa kita baca di berbagai
sosialisasi kementrian kelautan dan perikanan. Ikhtisar program pembangunan
fishery industry hanya memerlukan setengah anggaran tetapi dalam perhitungan
analisa rugi laba, memberi hasil yang lebih besar dan return yang lebih cepat
dari program budidaya rumput laut untuk kabupaten tersebut.
Kenapa demikian? Ikan diperairan tersebut adalah anugerah
Tuhan yang luar biasa. Tidak perlu dirawat dan diberi makan. Ikan – ikan bernilai
tinggi datang sendiri. Yang diperlukan adalah peningkatan kapasitas kreatif
pengelola program revolusi biru dan minapolitan di pusat dan di daerah.
Demikian sedikit pengalaman yang mendasari opini saya, kenapa Program Revolusi Biru dan Minapolitan harus
paham Karakter Lokal.
Konsultan Kreatif
Rekomendasi:
1. Membangun Reputasi Lembaga Negara
2. Strategi Pemberdayaan Daerah Perbatasan
3. Bank mandiri bank terbaik di Indonesia
Rekomendasi:
1. Membangun Reputasi Lembaga Negara
2. Strategi Pemberdayaan Daerah Perbatasan
3. Bank mandiri bank terbaik di Indonesia
Posting Komentar